Saat Tivi Jelek, dan Hape juga Jelek

Bismillahirrahmanirrahim 

Sekitar dua tahunan yang lalu, Mama (ibu saya) meminta televisi di rumah kami dipasang lagi di meja dan dinyalakan biar bisa menonton setiap hari. 
Saya tuh bingung, menurut saya, televisi kami sudah waktunya diganti yang baru, karena gambar nya sudah enggak terlalu jelas, tulisan yang muncul di acara acara televisi pun tidak jelas. Berpikir mungkin televisi nya sudah tidak kompatibel dengan sistem teknologi digital televisi saat ini.

Tapi ya sudahlah, untuk Mama, akhirnya kami pasang kembali si televisi ini, ditempatkan kembali ke meja nya dan dinyalakan agar bisa ditonton setiap hari.
Sebelumnya televisi sempat diturunkan dari mejanya, disimpan di kamar tapi tidak untuk dinyalakan, hanya disimpan saja ya sekitar satu dua tahunan, karena waktu itu ada perbaikan plafon dalam rumah.
Setelah plafon selesai diperbaiki, televisi tidak dipasang lagi karena kami lebih suka menonton YouTube di hape masing-masing.

--
Hape (handphone) saya juga layarnya sudah mulai tidak nyaman dilihat saat digunakan, dan sudah dicoba mengatur jenis dan besar kecil font, juga gelap terang cahaya hape. Padahal spek (spesifikasi) nya masih oke, masih responsif, belum lemot, suara malah oke, paling hanya baterai nya saja yang mulai cepat habis, memori masih banyak padahal video yang tersimpan sudah 600 an, gambar sudah di atas 5000 foto, hehehe. Dan hape ini adalah lungsuran (warisan) dari papa dan adek (hape dari adek diberikan ke papa / habis dipakai papa, sepeninggal papa saya yang pakai). Tapi karena yang beli adek, sudah dijamin spek nya ga kaleng-kaleng, alias mantap, hehehe.

Okeh, karena merasa layar hape sudah mulai ga nyaman, saya jadi banyak berdoa minta ke Allah agar dimudahkan mengganti hape yang baru dengan spek yang lebih baik, dengan layar yang nyaman dilihat. Juga dimudahkan mengganti televisi di rumah kami dengan yang kompatibel dengan teknologi sekarang.
--

Suatu hari di persis setahun yang lalu, saya menemani paksu ke tempat kaca mata. Biasa, paksu kadang ingin ganti kacamata. Ga yang mahal, karena sekarang cepat sekali model berganti, paksu termasuk yang suka mencoba model baru. Paksu berkacamata katanya sejak SMA, kacamata minus.

Saya sendiri saat sekolah dan kuliah bukan termasuk kutu buku, belajar hanya saat mau ujian (sistem kebut semalam), sehari hari yang dikerjakan pe er dan tugas. Merasa tidak mungkin pakai kacamata, karena kedua orang tua saya juga tidak berkacamata, adik adik saya pun tidak berkacamata. Saya suka menyimak podcast di YouTube yang durasinya bisa lebih dari satu jam, tapi saya lebih fokus mendengarkan sambil mengerjakan pekerjaan yang lain, jadi tidak terus menerus menatap ke layar hape.

Di tempat kacamata saat suami sedang memilih kacamata, saya iseng mencoba kacamata yang ada di atas etalase, saya ambil dan coba yang plus 0,5, karena say pikir semakin bertambah umur mungkin kelak saya akan memakai yang plus.
Begitu saya coba, mendadak kepala saya pusing sekali, mual, dan mengeluarkan suara hoek beberapa kali seperti mau muntah. Paksu mendadak kaget dan bertanya kenapa. Saya langsung melepas kacamata dan menceritakan bahwa saya mau coba kacamata plus tersebut malah pusing dan mual. Paksu bilang ke saya, "Oh sepertinya mami matanya minus bukan plus." Lalu paksu meminta karyawan toko kacamata untuk mengambilkan kacamata minus 0,25 dan 0,5, kemudian paksu meminta saya memakai kacamata tersebut, dan betul ternyata mata saya lebih nyaman dan semua tulisan jarak jauh mendadak jelas setelah memakai salah satu kacamata minus tersebut. Hehehe. Akhirnya satu kacamata minus terbeli untuk saya, tapi saya sampai sekarang lupa, kacamata saya ini minus 0,25 atau minus 0,5 ya. Ya sudahlah yang penting nyaman di mata dan dipakai.

Saya ingat, sebelum pandemi 2020, saat saya masih bekerja kantoran pagi hingga sore dan lembur membuat pesanan kue di malam hari hingga dini hari, membuat saya kurang jam tidurnya. Dan setiap di perjalanan dari rumah ke kantor, atau saat belanja bahan, melihat tulisan tulisan di baliho atau di sepanjang perjalanan kadang tidak jelas, berbayang atau buram, mungkin ada lelah fisik saat itu. Tapi itu ternyata tanda mata saya sudah mulai minus yang tidak saya sadari.

Beberapa bulan lalu, setelah dari luar rumah saya masuk ke dalam rumah, televisi sedang menyala. Biasanya begitu masuk rumah, saya segera melepaskan kacamata minus ini, tapi kali itu sesaat sebelum melepaskan kacamata, pandangan saya tertuju ke televisi, kagetlah saya, ternyata gambar dan tulisan di televisi sangat jernih. Jadi selama ini televisinya baik baik saja, justru mata saya yang sedang tidak baik baik saja. Beristighfarlah saya dan menertawakan diri sendiri. Sekarang setiap menonton televisi saya menggunakan kacamata karena gambar dan tulisan bisa terlihat jelas sekali.

Beberapa bulan lalu, paksu membeli kacamata lagi, karena yang sebelumnya patah. Paksu membeli sendirian. Pulangnya malah bawa dua kacamata. Saya tanya ini satunya kacamata apa? Kata paksu satunya bonus gratis tapi kacamata plus 1. Saya kali ini iseng cobain, dan mengecek apakah akan mual lagi. Ternyata setelah kacamata plus saya pakai, kemudian saya ambil buku, lho koq tulisan di buku jadi jelas, kemudian saya ambil hape saya, lho koq hape saya jadi jernih nyaman banget layarnya, tulisannya, gambarnya. Ahahahaha, Ya Allah, ternyata hape saya selama ini baik baik saja.

Tapi karena saya kurang hati hati, baru beberapa kali pemakaian kacamata plus, malah patah. Saya kemudian membeli kacamata plus lagi, yang ternyata saya mendapatkan harga yang murah meriah, hanya sekitar 27 ribuan, hehehe. Alhamdulillah tetap nyaman dipakai, dan awet.
Iya saat ini jadi punya dua kacamata, minus untuk keluar rumah, dan plus untuk baca buku dan hape.

Saya pikir, mungkin efek saya bekerja di depan komputer terus menerus bertahun-tahun. Dan saya dulu memang betah sekali berlama-lama bekerja di depan komputer kantor dan laptop di rumah.
Saya tidak pernah mengira bakal menggunakan kacamata lebih cepat di usia ini, kirain nanti kalau sudah tua baru pakai kacamata plus.

Kejadian ini seperti salah satu teori filosofi, yang intinya jangan menyalahkan orang lain, tapi lihat ke diri sendiri dulu, cek dulu apakah ada yang salah dalam diri kita.
Lebih banyak bermuhasabah (introspeksi diri), agar kita lebih banyak sadar diri, bisa memperbaiki diri sendiri, yang akhirnya bisa menambah energi untuk beribadah dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Salam sukses mulia,
Mia Sweet 

(Untuk spill harga/tanya/order kue bisa via WhatsApp di 0818-433-549).

Komentar

Postingan Populer