Pisang Raja
Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang mulai menghangatkan suhu yang tadinya sangat dingin di desa ini, yang suasananya sudah tidak bisa disebut desa lagi. Desa yang sudah dipenuhi bangunan ruko dan kompleks perumahan menengah hingga elit. Jam tangan menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit pagi. Sudah tidak terlihat orang tua mengantar anak-anak sekolah, karena pelajaran di sekolah sudah dimulai sejak pukul tujuh.
Stok pisang raja untuk isian roti telah habis, jadi harus segera beli karena produksi pagi ini akan dimulai. Seperti biasa aku beli di warung khusus jualan pisang dan parut kelapa, tak jauh dari rumah.
Penjaga warung pisang bukan orang seperti biasanya. Mungkin saudara atau tetangga pemilik warung, atau orang yang dibayar untuk melayani pembeli.
Aku sibuk memilih pisang raja yang sudah matang dan ukuran pas untuk isian roti.
Bapak penjaga warung bertanya, "Mau yang mana, Teh?" dengan logat Sundanya.
"Yang ini saja, Pak," kataku sambil menunjuk sesisir pisang raja.
"Berapa, Pak?" tanyaku.
Ditimbangnya pisang raja tersebut, lalu bapak menjawab, "Lima belas ribu, Teh."
Setelah aku bayar, bapak memasukkan pisang ke dalam plastik kresek, "Pisang raja untuk dedek ya Teh?"
Lah, si bapak, apakah melihatku seperti orang berumur dua puluh lima tahun yang baru punya bayi? Padahal aku sedang tidak memakai skin care ataupun bedak lipstik sama sekali. Batinku. Aku langsung merasa senang dianggap masih sangat muda.
Suara di otakku berkata, jangan ge-er, mungkin maksud si bapak untuk cucumu. Atau lihat badanmu yang gemuk dikira habis melahirkan. Perempuan umur mendekati empat puluh tahun aja, masih banyak yang melahirkan. Bukan karena kamu kelihatan masih muda.
Oh iya ya, benar juga, batinku.
"Oh enggak Pak, untuk isian roti," jawabku ke bapak itu sambil tersenyum.
"Oh untuk isi roti ...," kata bapak itu.
Aku pun berterima kasih dan pamit ke bapak itu.
Sudah, makanya jangan suka ge-er duluan, kata otakku lagi.
Otakku yang tidak suka batinku senang sedikit, walaupun faktanya aku dipanggil Teh, bukan Bu, atau Nek.
Salam kisah roti manis,
Mia Sweet
Pemesanan atau info harga via WhatsApp 0818-433-549.
Komentar
Posting Komentar