Manajemen Kehilangan (Bagian 1)

MasyaaAllah lagi lagi saya menemukan sebuah catatan beberapa bulan lalu di hape, isinya tentang pesan WhatsApp jawaban untuk seorang sahabat sekolah saya yang lama/ bertahun-tahun tidak bertemu, ngobrol via chat WhatsApp. Sahabat saya ini ternyata juga pernah memiliki bayi yang meninggal dunia, sama seperti saya bayi pertama saya meninggal dunia. Jadi Sulthan adalah anak kedua, Mia anak ketiga kami.

Ternyata sahabat saya ini masih merasakan sedih dengan kematian anaknya, padahal itu kejadian bertahun-tahun yang lalu. Lalu sahabat saya ini menanyakan apakah saya masih sedih? Saya bilang sudah enggak, saya hanya sedih di awal bayi saya meninggal. Lalu sahabat saya menanyakan bagaimana caranya agar tidak sedih lagi. Waktu itu saya beri jawaban seperti di bawah ini, nama sahabat saya ganti saja dengan panggilan Say (Sayang) ya :

Say, maaf baru sempat WhatsApp lagi, kerjaan baru beres, hehe.
Say, semoga setelah ini tidak sedih lagi.
Sebenarnya kita perlu mengingat kembali ke niat awal menikah, yaitu hanya untuk ibadah, hanya untuk Allah.
Kalau suami dan anak itu titipan Allah, jadi kalau diambil duluan ma Allah kita ga boleh sedih kelamaan. Allah memang selalu menguji keikhlasan kita di banyak hal.

Sedih biasanya karna ada rasa memiliki nya berlebihan, dan bisa juga karna ada hal yang membuat kita menyesal kenapa dulu ga begini ga begitu, atau merasa berdosa, mungkin anakku ga meninggal kalo dulu aku begini begitu.
Ini pemikiran yang salah dan jadi dosa, karna semua yang sudah terjadi itu semua kehendak Allah, sudah takdir yang tertulis di lauhul mahfudz yang harus kita terima dengan ikhlas dan lapang dada.
Sedih terus menerus juga ga akan mengembalikan masa lalu, ga akan mengembalikan anak kita di dunia ini, justru hanya akan menambah dosa, karna kurang ikhlas.

Ikhlaskan, bayi yang kembali ke Allah adalah bayi atau anak yang bahagia, dia akan menunggu orang tua nya di pintu surga, jadi yakin saja kelak akan berkumpul lagi koq. Senyum ya Say.
Allah Maha Pengampun, Say, wajar kita sebagai orang tua yang waktu itu masih muda, masih punya banyak kekurangan dan banyak ga tau, caranya sekarang kita banyak istighfar, mohon ampun untuk segala salah menjalani hidup kemarin, mohon hidayah Nya terus menerus, mohon ketenangan batin, mohon diberi ikhlas dalam menjalani setiap takdir.

Ada hal yang bisa kita syukuri adalah, saat bayi kita meninggal, jasadnya ada, jasadnya dikuburkan kita tau. Karna akan lebih sangat menyakitkan hati kalo bayi kita hilang dicuri orang, apa ga makin stress kita sebagai ibu.
Alhamdulillah masih banyak hal yang bisa disyukuri, Allah masih beri kita kesempatan memiliki anak yang lain, suami masih bersama kita, juga keluarga besar, semua diberikan kesehatan, lancar beribadah dan beraktivitas, lancar dalam bekerja dst.
Banyak banyak bersyukur sekecil apapun.
Dan kita bisa koq titip salam untuk bayi kita di surga lewat Allah, kita bisa bilang ke Allah, Ya Allah Maha Pengasih dan Penyayang, mohon sampaikan pada anakku di surgaMu : Nak, tunggu ibu ya, kelak ibu akan menghampiri mu, engkau tak perlu menangis merengek ke Allah agar bisa bertemu ibu. Ibu janji akan menguatkan niat untuk makin taat dan bertakwa ke Allah, agar mudah bertemu denganmu, agar engkau menunggu ibu dengan wajah hati gembira. Peluk sayang dari ibu selalu.

Pada dasarnya inti dari Islam adalah meluruskan setiap niat (lillahi ta'ala) dan ikhlas dengan semua aturan dan ketentuan Nya.

Kira kira apa ada yang masih mengganjal di hatimu Say untuk bisa mengikhlaskan bayi yang bahagia penghuni surgaNya?

---
Saya ingat, tidak hanya sahabat saya ini yang sedihnya bertahun-tahun, pernah juga saya di chat istri sahabat kuliah setelah anak saya meninggal dunia. Istri sahabat saya cerita kalo tetangga nya ada yang bayi pertamanya juga meninggal, sudah berbulan bulan masih saja sedih.
Saya bilang, sampaikan ke tetangga, dia masih muda, bikin anak lagi saja, hehe. Ikhlaskan, karna bayi nya sudah jadi penghuni surga, bayi nya juga lebih bahagia tinggal di surga daripada di dunia ini yang fana.

Kemudian asisten saya pernah cerita kalo punya saudara yang anaknya juga meninggal dunia, dan masih saja sedih bertahun-tahun. Saya sudah menyampaikan yang sama seperti di atas.

Memang memiliki anak yang meninggal dunia duluan adalah ujian yang sangat berat, karena kita tidak pernah berpikir kalau umurnya hanya sebentar dan berharap anak lebih panjang usianya daripada kita. 

Dulu ya saya menangis dengan perasaan hancur ketika bayi pertama saya berpulang ke Allah, menangis sekencang mungkin waktu masih di rumah sakit. Setelah beberapa jam kemudian saya menghentikan tangis karna masih harus mengikuti bayi untuk dimandikan, disholatkan dan seterusnya hingga dimakamkan. Berhenti menangis agar suami, keluarga, sahabat dan teman teman yang hadir tidak terbebani dengan kesedihan saya. Meneteskan air mata setiap sholat atau saat mau tidur atau bangun tidur itu pasti, tapi tetap berusaha ikhlas menerima takdir dari Allah. 
Hasilnya, Allah malah mengijinkan bayi saya sering hadir di mimpi saya. Sampai saat ini, kakaknya Sulthan sudah berkali kali hadir di mimpi, selalu dengan wajah tersenyum cantik, dan hadir dengan sesuai/mengikuti umurnya saat itu, misal kemarin saat hadir di mimpi ya sudah sebesar anak umur 16 tahun an. Wajahnya perpaduan Sulthan dan Mia dengan warna kulit yang sangat putih bersih bercahaya.

Ternyata hanya dengan keikhlasan dan ikhtiar untuk terus bertaqwa, Allah mengijinkan dan memudahkan kita menemui keluarga yang sudah meninggal dalam mimpi. Hanya dalam mimpi ya, bukan hadir di dunia ini, kalo hadir di dunia, ini sih jin iseng jin bukan Islam. Jin Islam tidak akan menampakkan diri ke alam manusia.

Pada dasarnya, kita harus selalu ingat, ada hidup ada mati, kalau bukan kita yang duluan mati meninggalkan dunia ini, ya bisa anak kita duluan, atau suami duluan (pasangan), karna kematian tidak bergantung pada umur, bisa yang muda dulu.
Di kehidupan ini, bisa saja kita diberi jodoh dan menikah, bisa saja Allah memberikan ujian kita tidak diberi jodoh tidak diberi pernikahan.
Bisa juga setelah menikah, kita diberikan anak oleh Allah, tapi bisa juga kita tidak diberikan anak oleh Allah.
Dan seterusnya.
Hadapi semua dengan ikhlas dan lapang dada, semua keadaan sama sama ujian. Karna setiap keadaan adalah takdir yang terbaik dari Allah untuk kita. Cukup tingkatkan iman dan taqwa, serta istiqomah dalam beribadah.
Selalu luruskan niat hidup di dunia ini hanya untuk beribadah ke Allah semata.
Ikhtiar maksimal juga sangat diwajibkan untuk kita, tapi untuk hasilnya harus kita serahkan ke Allah (tawakal).

Tetap semangat ya untuk semuanya.
Barokallahu fiikum.

Salam sayang,
Mia Sweet

Disclaimer: gambar cake tidak berhubungan dengan isi artikel ya. 

Komentar

Postingan Populer