Hikmah di Bulan Maret

Bismillahirrahmanirrahiim.

Berhubung home baker, saya, juga manusia, sesekali cerita yang lain lagi ya. Kali ini bukan jenuh, tapi 'kemrungsung' 'riweuh', tidak bisa duduk manis fokus depan komputer lama-lama, terlalu banyak yang harus dipikirkan dan dikerjakan *halah*
Maksud hati dan kalau diperjalanan kemana-mana, yang saya pikirkan hanya ingin mengisi blog ini, banyak foto yang harus di-upload ke sini, tapi belum kesampaian juga. Di kantor sudah pasti sibuk, dan begitu sampai di rumah, tinggal ngantuknya karena malam sebelumnya habis lembur baking.
Di bulan Maret ini dapat kado istimewa dari Allah SWT, ada beberapa cerita yang bisa diambil hikmahnya.

Pertama, beberapa hari yang lalu diberi kabar adik pagi saat subuh, kalau teman sekolahnya ada yang meninggal, teman adik juga adik kelasku. Kebetulan saya kenal dengan almarhum, dulu juga kenal dengan ayahnya. Meninggal di usia muda tanpa mendengar sakitnya apa. Kabar ini membuatku syok, bukan apa apa, jadi dulu waktu sekolah sepertinya saya terlalu kreatif, saya beberapa kali usil ke almarhum, teman-teman dekat saya waktu itu selalu jadi saksi. Dan keusilan saya selalu membuat almarhum marah dan tidak pernah tahu kalau itu ulah saya. Lalu baru tahun 2010an ketemu dan berteman di fesbuk, itupun saya masih malas menyapa. Malah saya punya pikiran seperti ini : ah besok kalau sudah tua, paling akan ketemu di reuni adik atau reuni sekolah, saya mau minta maaf kalau sudah tua saja.
..... Ternyata saya salah dan lupa, kalau umur sudah ada yang menentukan. Pede banget saya bakal ketemu nanti di usia tua. Ya mungkin, bisa jadi, almarhum sudah lupa dengan keusilan dulu itu. Tapi saya yang masih punya ganjalan di hati, merasa masih punya salah dan dosa.
Usilnya memang bukan perbuatan menyimpang, atau yang merugikan secara fisik materi, tapi tetep bagi saya itu kesalahan. Untungnya usilnya saya itu yang pertama dan yang terakhir.
Dan penyesalan selalu datangnya di belakang.
Hikmahnya, selama dua hari setelah berita dari adik, membuat saya merenung, untuk tidak menunda meminta maaf jika ada salah. Karena kita tidak tahu di mana ujung umur masing-masing.

Kedua, hari Jum'at lalu, di acara tausiyah tadinya super ngantuk, siang-siang di ruang rapat kantor yang ber-AC sangat sejuk hanya duduk manis mendengarkan, ampun ngantuknya luar biasa. Eh kemudian ustadzah nya cerita yang bikin ngantuk hilang seketika. Cerita ustadzah, Fatimah r.a., putri Rasulullah SAW, setiap bersedekah uang, diambil uang yang terbaik, yang masih kondisi bagus sekali, kemudian uang tersebut disemprot minyak wangi, baru kemudian diberikan/disedekahkan. Lho kenapa sampai disemprot minyak wangi? Fatimah r.a. menyampaikan seperti ini : 'Karena yang menerima sedekah yang pertama kali adalah Allah SWT, jadi harus yang paling baik.'
Hilang rasa ngantuk seketika, iya sangat lupa, kalau Allah SWT lah yang menerima pertama kali, bukan orang yang menerima sedekah, duh Gusti kenapa saya tidak punya pikiran seperti itu (kelihatan bodohnya ya). Jadi malu rasanya ke Allah SWT.

Ketiga, Ibu Ustadzah juga menceritakan kisah nyata dari temannya, putri temannya sedang sekolah/kuliah (saya lupa) di sebuah kota (luar kota), hampir mengalami musibah, hampir diperkosa oleh orang, tapi saat itu malah ditolong oleh seorang pemulung, hingga tidak jadi mengalami musibah perkosaan. Kemudian sang ayah dan ibu segera ke kota tersebut, mengurus di kantor polisi dan setelahnya sempat berkunjung ke salah satu ustadz di kota tersebut. Sang ayah menceritakan kejadian yang hampir mencelakai putrinya. Kata Pak Ustadz, itu karena sedekah ayahnya, sedekah orang tua mencegah musibah pada anak-anaknya juga. Masya Allah.
Bagi saya, memiliki anak menjadi lebih banyak berpikir. Apalagi sekarang banyak sekali kejadian musibah yang menimpa anak-anak baik anak laki-laki maupun anak perempuan, terutama pelecehan/kekerasan. Naudzubillahmindzalik. Ini membuat perut saya mulas karena sangat sakit, ikut merasakan kesedihan orang tua yang putra/i nya yang mengalami pelecehan. Saya bisa menangis dan tidak terima kalau menimpa anak saya. Makanya untuk mencegah musibah anak-anak, saya berusaha untuk tidak melakukan dosa / perbuatan buruk / perbuatan yang tidak disukai Allah SWT, tidak berani jahat ke orang lain, pokoknya namanya semua manusia di mata Allah SWT sama, yang membedakan tingkat keimanannya. Belajar untuk lebih banyak bersabar, mengendalikan emosi, tidak merugikan orang lain, tidak berkata kasar terhadap orang lain, banyak beribadah dan beramal, selain niatnya Lillahi Ta'ala, juga agar Allah SWT berkenan melindungi anak-anak saya sepanjang hidupnya. Aamiin.
Karena pada dasarnya hampir setiap kejadian itu karena ulah kita sendiri. Gusti Allah SWT mboten sare, termasuk bila kita berbuat dosa, Allah SWT juga tidak tidur, kita tidak akan dibiarkan begitu saja, azab Allah SWT lebih pedih dari yang kita kira & pikirkan.

Menurut saya, untuk menguatkan mental anak, dalam mendidik anak, anak harus mau menerima resiko dari setiap perbuatan mereka, dan tetap dalam arahan dan nasehat.
Kalau setiap perbuatan buruk orang tua ditanggung masing-masing mungkin wajar. Tapi jangan sampai anak ikut merasakan dan menanggung resiko perbuatan buruk orang tua nya. Naudzubillahmindzalik.

Keempat, sebenarnya ini cerita kultum di televisi sudah lama, tapi mumpung ingat, saya tulis di sini, semoga bisa menginspirasi.
Ustadz Wijayanto pernah menyampaikan, perumpamaan seseorang yang mengikuti sholat jamaah, terutama di masjid, bagaikan kerikil dalam wadah yang penuh dengan biji kacang hijau. Jika kita adalah kerikil (manusia dengan banyak kekurangan, banyak salah/dosa, dan belum sempurna sholatnya), dan manusia yang beriman bertakwa lebih baik bagaikan biji kacang hijau yang bagus. Jika kita membeli kadang hijau (mentah), kadang di dalamnya ada kerikil kecil. Nah begitu juga saat sholat berjamaah, jika Allah SWT melihat ibadah sholat yang berjamaah adalah banyak orang-orang sholeh, maka diterima ibadah sholat semua yang berjamaah saat itu, termasuk kita yang kerikil ini. Masya Allah.
Jadi, terutama yang laki-laki, sangat disarankan untuk sholat wajib 5 waktu berjama'ah terutama di masjid.
Bagaimana dengan perempuan? Ada dalil yang tidak melarang perempuan berjama'ah ke masjid, tapi sebaiknya berangkat dan pulang dengan muhrimnya.

Kelima, beberapa hari yang lalu, ada senior yang tiba-tiba mempercayakan menceritakan masalahnya yang sangat berat ke saya. Bersyukur masih dipercaya oleh teman. Sedih memang saat mengalami ujian yang kita anggap berat dan hampir tidak mampu menanggungnya. Membuat hidup rasanya berantakan, dan merasakan kecewa yang sangat berat. Saya pun juga pernah mengalami ujian yang sama beratnya dengan senior walau berbeda bentuk masalahnya.
Saya hanya bisa membantu memberi semangat dan mengingatkan kembali, saat merasa sulit dengan ujian Allah SWT, sebaiknya banyak istighfar, banyak sholat malam dan memohon ampun setiap kesalahan dan dosa selama ini. Memohon ke Allah SWT untuk memberi jalan keluar yang terbaik. Dan selama menunggu masalah selesai, sebaiknya tetap sabar dan khusnudzon (berbaik sangka), karena di setiap ujian selalu ada hikmah yang luar biasa. Pastinya di setiap ujian itu untuk naik derajat, naik kelas di mata Allah SWT.
Banyak-banyak bersyukur dengan nikmat Allah SWT yang masih diberikan ke kita. Tetap menjaga kesehatan, tetap berkomunikasi dengan baik dengan keluarga dan orang-orang tercinta di sekitar kita.
Kuncinya, saat menerima ujian/masalah, fokuskan perhatian kita untuk tetap membantu orang yang memerlukan bantuan kita, sedekah sebanyak mungkin, tidak hanya materi, tapi juga tenaga, ilmu, informasi, dan masih banyak lainnya. Lho sedang kesulitan koq malah diminta menolong orang? Iya, karena Allah SWT hanya akan membantu masalah kita jika kita mau membantu orang lain. Alihkan perhatian ke orang-orang yang lebih menderita, karena saat itu kita akan lebih banyak bersyukur dan biasanya akan lebih banyak meneteskan air mata, menyadari bahwa masalah kita belum berat dibanding mereka yang sedang lebih menderita. Karena, hidup, seluruh anggota keluarga, materi yang kita punya, itu hanya pinjaman, titipan, jika menghilang dari kita, itu kembali ke Allah SWT. Jadi memang sebaiknya diikhlaskan, dipasrahkan kembali ke Allah SWT.
Saat fokus membantu orang lain, biarlah Allah SWT yang membantu menyelesaikan masalah kita ^_^
Diantara kesulitan ada dua kemudahan.
Banyak-banyak bersyukur itu membuat kita kaya, kaya hati, dan akan membuat kita jauh dari penyakit-penyakit hati. Aamiin.

Materi tidak dibawa mati. Bersedekah tidak membuat kita makin miskin.
Hidup itu untuk mengumpulkan amal dan pahala, karena hal ini yang akan menemani kita saat menunggu di alam barzah.

Alhamdulillah, bulan Maret ini membuat saya merenungi banyak hal.


Foto Mille Crepe Green Tea

Salam,
Putri.

Komentar

Postingan Populer