Manajemen Kehilangan (Bagian 2)
Bismillahirrahmanirrahim
Beberapa bulan lalu, saat jadwal kunjungan ke pondok pesantren Mia, Mia bercerita salah satunya tentang obrolan Tupperware dengan teman teman pondoknya.
Begini cerita Mia, teman-temannya semua menyampaikan bahwa ibu mereka masing-masing pasti marah, ngomel kalau ada tempat minum dan makan merk Tupperware yang dibawa anak anak ke sekolah (SD) ketinggalan atau hilang. Setiap teman Mia menceritakan bagaimana masing-masing ibunya saat marah atau ngomel, hehehe.
Memang tempat minum dan makan merk Tupperware sudah sejak jaman dahulu kala, adalah bagaikan perhiasan intan berlian yang sangat berharga bagi emak emak. Kami para emak suka sekali dengan peralatan merk Tupperware ini, karena kualitasnya tidak diragukan, warna dan bentuknya lucu, food grade, awet bertahun-tahun, ga bocor di bagian tutupnya, dan pasti harganya ga murah. Jadi wajar kalo emak-emak marah, ngomel, sedih, kecewa kalo peralatan Tupperware mereka ada yang hilang.
Giliran Mia ditanya teman-temannya, apakah maminya Mia juga sama dengan ibu mereka, marah ngomel jika Tupperware hilang. Mia jawab, "Mamiku ga pernah marah kalo ada barang hilang, mau Tupperware, cincin, kacamata ga sengaja dirusakkan kakak kelas, atau barang lainnya, aku ga pernah dimarahi, Aa juga ga pernah dimarahi Mami."
Sontak teman-temannya kaget, "Haaa masa Mamimu ga marah Mia? Yang bener aja Mia?"
Kata Mia, "Iya bener."
Kata temannya lagi, "Koq bisa Mamimu ga marah Mia?"
Jawab Mia, "Ana juga ga tau."
Jadinya Mia mendesak saya kenapa saya ga marah kalo Tupperware hilang. Ya memang, semasa Sulthan dan Mia sekolah dasar, beberapa kali tempat minum atau makan mau merk Tupperware atau lainnya sempat hilang di sekolah. Dan betul, saya ga pernah marah ke anak-anak kalau menghilangkan sesuatu.
Dalam hati saya, kehilangan anak itu lebih menyakitkan hati dan membuat sedih dalam waktu lama, pengalaman dulu kakaknya Sulthan Mia meninggal dunia saat bayi. Jadi kehilangan barang itu tidak ada apa-apanya.
Tapi, saat Mia bertanya kenapa Mami ga marah kalo Tupperware hilang di sekolah, saya jawab seperti ini, "Dulu, waktu Mami sekolah SMA, sepulang sekolah kan masih harus berangkat les, Mami bawa motor, pulang menjelang Maghrib, pas pulang, ada tetangga (perempuan) yang minta ditemani ke toko buku untuk tugas sekolahnya, Mami bilang saat itu iya boleh tapi nanti habis Maghrib kita berangkat dan pulang naik becak saja ya, soalnya sudah capek kalo pake motor. Dan tetanggapun mengiyakan."
"Sepulang dari toko buku, Mami lanjut mengerjakan pe er di rumah. Besoknya baru sadar, ternyata mami kehilangan dompet saat turun dari becak di depan rumah, isi dompet ada ktp, STNK motor, SIM C mami, dan sedikit uang. Mami inget masih buka dompet ambil uang untuk bayar becak sebelum sampai rumah. Kemungkinan jatuh di dalam becak."
"Wah Mami mengira bakal dimarahi Eyang Papa (ayah saya) karena menghilangkan dompet beserta isinya, Mami pasrah saja kalo memang harus dimarahi dan dihukum. Ternyata begitu Eyang Papa pulang ke rumah, mami cerita ke Eyang Papa kalau dompet hilang beserta kronologisnya, eh ternyata Eyang Papa enggak marah ke mami. Kata Eyang Papa ya udah nanti bikin ktp, SIM dan STNK lagi saja. Mami bengong dan tanya ke Eyang Papa kenapa ga marah, kata Eyang Papa emang dengan marah bisa membuat dompetnya kembali? Kalau hilang ya artinya bukan rejeki lagi. Yang penting selanjutnya lebih hati-hati, dijaga biar ga hilang lagi. Besoknya Mami mulai ke kantor polisi melaporkan kehilangan untuk mendapatkan surat keterangan kehilangan sebagai syarat bikin ktp, SIM dan STNK lagi."
"Jadi waktu Adek Mia ataupun Aa Sulthan menghilangkan atau merusakkan sesuatu, Mami juga ga bisa marah, karena ingat perkataan Eyang Papa. Emang kalo Mami marah ngomel, Tupperware yang hilang bisa ketemu lagi? Kalau Mami marah, emang kacamata adek Mia yang mahal itu bisa kembali seperti semula tidak rusak lagi? Cincin yang hilang bisa jadi ketemu dengan marah? Kan enggak ya Dek, jadi ya sudah diikhlaskan, dimaafkan yang tidak sengaja merusak barang Mia atau Aa, sambil doa semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik. Adalah hal yang sangat gampang bagi Allah memberikan lagi barang-barang tersebut ke kita. Yang penting kita sudah ikhtiar merawat, berhati-hati, kalau hilang ya memang sudah waktunya hilang."
Mia jawab, "Oooh gitu Mi."
Saya jawab, "Iya gitu Dek." Sambil saya peluk Mia.
Ini adalah bagian dari pelajaran agar Mia tidak terlalu mencintai dunia yang fana ini. Tidak rewel dengan masalah barang (harta dunia). Belajar ikhlas, belajar memaafkan. Tugas kita di dunia ada yang lebih penting, yaitu mengumpulkan bekal untuk perjalanan selanjutnya di akhirat.
Besok di alam barzah dan di akhirat tidak ada syarat dan pertanyaan kamu punya Tupperware berapa? Punya perhiasan atau benda mewah berapa?
Tapi akan ditanya, kamu gunakan untuk apa harta yang aku titipkan padamu saat di dunia?
Salam ikhlas,
Mia Sweet
(Untuk spill harga/tanya/order kue dll bisa via WhatsApp di 0818-433-549.)
Komentar
Posting Komentar