Ternyata ikhlas itu...
Saat lulus SMA, bersiap berangkat untuk daftar kuliah di universitas swasta di ibukota, eh di hari yang sama pengumuman UMPTN lulus diterima kuliah di negeri. Jadinya melanjutkan kuliah di universitas negeri.
Saat kuliah tidak mau cari jodoh (semua cowok yang nembak ditolak semua, karna saya ingin menikmati fokus kuliah, dan sedikit berorganisasi), eh ditakdirkan berkenalan dengan mahasiswa yang ternyata dia calon suami, yang masih satu alumni fakultas universitas yang sama, di menjelang kelulusan.
Saat lulus kuliah punya pikiran ga nikah (ga dikasih jodoh) juga gapapa, dan punya keinginan jadi guru di Indonesia Timur (saat itu di sana sangat minim guru, eeh takdir bicara lain saya pun dilamar dan menikah (dapat jodoh/dikasih suami ma Allah), dan saya tidak punya kesempatan bekerja sebagai guru di Indonesia Timur.
Saat tiga kali wawancara seleksi kerja yang berbeda, punya pikiran ga diterima kerja gapapa nanti kerja yang lain, malah ketiga kalinya itu diterima kerja semua. Tiga jenis pekerjaan tersebut di tempat yang berbeda dan di waktu yang berbeda juga.
Saat posisi pekerjaan ada dua yang dibutuhkan : administrasi dan sekretaris, waktu itu berpikir gapapa administrasi juga, ga masalah, malah diposisikan di sekretaris.
Saat di kantor ada merger beberapa bagian, otomatis sekretaris ada yang menjadi admin, saya malah mau minta ke pak bos saya di admin saja, malah pak bos bilang saya yang harus di sekretaris.
Saat sudah menikah, punya pikiran dan disampaikan ke suami, kalau misal kami tidak dikaruniai anak, apakah gapapa. Kata suami gapapa. Eh alhamdulillah hamil.
Saat anak pertama kami ditakdirkan meninggal dunia di umur 7 bulan setelah dilahirkan, beberapa bulan kemudian berpikir gapapa kalau saya tidak dikaruniai anak lagi karna sudah pernah merasakan hamil dan melahirkan, eh setelah itu kami dikaruniai dua kali kehamilan lagi (2 anak), laki-laki dan perempuan.
Hamil pertama, ingin punya anak laki-laki, dikasihnya anak perempuan cantik.
Hamil kedua, ingin anak perempuan sebagai pengganti anak pertama, dikasihnya anak laki-laki ganteng.
Hamil ketiga, pasrah ke Allah, karna anak laki-laki maupun anak perempuan ternyata sama sama membahagiakan, dikasihnya anak perempuan cantik.
Dulu suami perokok, saya ingin suami berhenti merokok, sudah berkali-kali bilang ke suami, tapi tidak mempan, akhirnya saya berdoa ke Allah : Ya Allah, hamba ingin suami berhenti merokok, tapi jika ini yang terbaik suami tetap merokok dan Engkau ridhlo kepada kami, hamba ikhlas. Beberapa waktu kemudian malah suami dapat hidayah dan langsung berhenti merokok sampai sekarang dan selamanya.
Ternyata jika kita menerima apapun yang sedang terjadi, atau menerima hal hal yang terbalik dengan keinginan kita, disitulah kekuatan ikhlas bekerja. Allah lah yang kemudian memberikan apa yang kita minta dan kadang lebih dari yang kita inginkan.
Ikhlas bukan berarti kehilangan, ikhlas berarti siap mendapatkan lebih dari apa yang kita inginkan.
Salam ikhlas,
Mia Sweet Cake
(Jika ada artikel di blog ini bermanfaat, silahkan di share sebanyak mungkin)
Komentar
Posting Komentar