Curhat Pertama Home Baker

Bismillahirrahmanirrahiim.

Nekat. Judulnya nekat, nekat atau mengambil plus menerima resiko adalah salah satu ciri golongan darah dan otak dominan (mk) saya, hehe. Kalau tidak nekat nanti tidak sampai-sampai, dan tidak tahu dampaknya (baik) bagaimana. Hanya menerima resiko yang baik-baik saja koq, hehe (yang ini sudah berhubungan dengan vibrasi energi positif ala Erbe Sentanu-Arif RH). Sebelum memposting hasil mencampur aduk bahan selama weekend, mau cerita dulu saja deh.
Hari Jumat kemarin sudah dikasih kabar oleh eyangnya si kecil, kalau hari Minggu berangkat ke Singosari (Malang, rumah eyang buyutnya si kecil-kecil). Jadi harusnya saya fokus membuat kue untuk eyang buyut dan Om Tante nya si kecil-kecil. Tapi apa daya, sudah ada pesanan masuk untuk hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat ini.

Belum lagi Dek Eka meminta tolong dibuatkan prol tape 2 loyang untuk hari Minggu, dan hari Senin itu pesanan ada 2 cake (Red Velvet Anniversary Cake, dan birthday cake tema Frozen) plus 1 set cupcake tema Bus Mania-Anniversary, nekat semuanya diterima-diiyakan, terbayang sudah sejak Jum'at, kalau hari Sabtu-Minggu ini adalah full di rumah-dapur, dan pasti anak-anak bakal siap 'membantu di dapur dalam tanda kutip'. Iyalah si kecil-kecil ikut sibuk, minta tepung untuk mainan sendiri, minta fondant untuk mainan sendiri, dll. Ditambah si embak yang bantuin di rumah (ART) ijin mudik, lengkap sudah, demi membakar kalori, hari Sabtu subuh sudah menyapu mengepel, cuci piring, mengelap kaca rumah, kamar, mandikan anak-anak, lanjut belanja bahan kue, dan Sabtu sore pun dimulai di dapur sampai tengah malam hari, lanjut hari Minggu pagi sampai sore masih saja di dapur. Untuk eyang buyut ada cupcake cokelat dan cinnamon cake, tidak sempat membuatkan prol tape karena tape nya baru dapat Minggu siang. Baking-cuci piring, baking-cuci piring, baking-cuci piring, dan seterusnya itulah yang terjadi, hehe.

Sore lanjut antar eyang ke terminal, karena kehabisan tiket sampai akhir minggu ini. Alhasil Sulthan menangis sejadi-jadinya ditinggal eyangnya ke Singosari.
Minggu malam lanjut menghias cake, dan pagi sebelum subuh juga masih melanjutkan.

Nikmatnya badan ini rasanya remuk redam. Tapi alhamdulillah masih diberi rasa bahagia di hati. Eh lupa, bahagia itu kita sendiri yang menciptakan, bahagia itu bukan dicari.
Kenapa bisa bahagia, karena membantu teman-teman yang sudah pesan, membantu membuat kue untuk hari bahagia mereka. Lelah pun cepat hilang. Iyalah belum tua-tua banget koq, dibawa tidur sebentar, hilang capeknya. Padahal sie sebelum tidur, oles macam-macam krim ke kaki, tangan, punggung, haha.

Jadi, hasil akhir dari weekend ini sesuai dengan vibrasi energi hati ini, hanya bisa mengucap Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah atas semua nikmat dan kelancaran dariNya.










Pesan bapaknya si kecil-kecil, sudah sejak lama saya diminta memberi filosofi, oke selanjutnya akan saya cantumkan di blog ini. Ide bagus yang masih tertunda.
Filosofi tentang apakah itu? Nantikan dan terus ikuti perkembangan blog ini ya.
Terima kasih ^__^

Salam semangat baking yang masih lanjut sore-malam-pagi ini,
Putri.

Komentar

Postingan Populer