Aku Pun Bisa Membaca Pikiranmu :D (Bagian 1)

Bismillahirrahmanirrahiim.

Kali ini mau bercerita dengan gaya bebas, bebas dari EYD, yang penting mengalir terus ceritanya, bukan tentang per-baking-an, tapi bagaimana sejarahnya kok aku ini bisa membuat kue setiap malam lembur sampai kurang jam tidur tapi tanpa beban dan malah menyenangkan :D
Sebelum mulai mengetik ini, bbm dengan sahabatku (Uci - nama lengkapnya Oktani Fungsiana), aku sampaikan kalau aku kesulitan menulis dengan cara yang sistematis. Saran Uci, ga usah mikir sistematisnya, biarkan mengalir :)

Sudah hampir setengah tahun ini, tiba-tiba saja aku sedikit bisa membaca pikiran orang, bisa membaca pola pikir orang, bisa mengetahui target/cita-cita hidup orang, bisa mengetahui permasalahan mendidik anak, permasalahan pasangan, permasalahan keluarga, bahkan warna favorit orang-orang. Ajaib rasanya. Xixi. Kayak orang pintar ya? Kayak paranormal juga ya? Haha. 
Bukan. Aku bukan paranormal. Ga pake bantuan jin dan sebangsanya :D Ini tentang hal yang sangat ilmiah. Sangat bisa dipelajari oleh setiap orang dewasa.

Berawal sejak hamil Sulthan (tahun 2009), saat itu sedang naik daun tentang tes sidik jari untuk anak-anak di ibukota. Langsung punya keinginan suatu saat kalau anak dalam kandungan ini lahir dan agak besar, aku tes sidik jarinya :D
Setelah itu aku lupa sampai bertahun-tahun, karena asik mengasuh Sulthan dan adeknya, Mia.

Sampai pada awal tahun ini, ketika ngobrol di grup WA dengan teman-teman kuliah perihal tes sidik jari ini. Eh ternyata sahabatku ini, Uci, mempunyai lisensi / ijin untuk mengetes sidik jari, sudah gitu biaya tes nya sangat terjangkau dibanding yang lain. 
Begitu ada kesempatan ke Purwokerto, tidak aku sia-siakan, langsung menyodorkan Sulthan & Mia ke Uci untuk di tes sidik jari. Untuk tes minimal umur 1,5 tahun karena dirasa sidik jarinya sudah cukup jelas untuk di scan/tes. Nama brand nya adalah STIFIn, penemunya adalah Pak Farid Poniman, alias teman kantor bapak sewaktu di Harian Umum Republika. Sudah gitu, waktu aku masih sekolah, Pak Farid ini pun pernah main/mampir ke rumah. Wah dunia benar-benar sempit, tapi menyenangkan.

Fungsi tes sidik jari STIFIn ini utamanya adalah untuk mengetahui bagian otak mana yang dominan, nah yang dominan inilah yang menjadi mesin kecerdasan (MK) seseorang.

Kebetulan tadi meng-copas beberapa pernyataan dari Facebook STIFIn :



"Pertanyaan yang selalu ditanyakan orang-orang adalah apa hubungan antara guratan sidik jari dengan otak? Setiap manusia lahir ke dunia dalam keadaan sidik jari yang unik, tidak akan sama dengan orang lain. Sidik jari merupakan wajah sistem syaraf, dimana otak adalah pengendali sistem syaraf di seluruh tubuh sehingga sidik jari dengan sendirinya terhubung dengan otak secara langsung."


Fakta mengenai sifat Genetik Manusia:

Rumus Fenotip 100% (Keadaan saat ini) dibentuk oleh Genetik 20% + Lingkungan 80% "Ahli kedokteran olahraga dari University of London, Nicola Maffulli, mengatakan faktor gen menemukan 30-60 persen keberhasilan latihan fisik orang biasa. Pada atlet, gen menentukan keberhasilan hingga 83 persen. Sedang menurut Stephen Roth ahli genetika dari University of Maryland di Baltimore, 80 persen kemampuan fisik ditentukan oleh gen bukan oleh latihan" (Koran Tempo 2 Agustus 2012 halaman A12). Fakta diatas menunjukkan bahwa meskipun Genetik Manusia presetasenya hanya 20% tetapi memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan seseorang. Untuk itu segera temukan yang 20% tersebut dengan cara tes STIFIn."


Menurut Konsep STIFIn setiap orang memiliki seluruh otak, namun hanya ada satu yang memimpin.

Tes STIFIn :
Sepuluh jari Anda di-scan. Data guratan atau sidik jari Anda diolah oleh aplikasi komputer untuk menentukan belahan dan lapisan otak dominan. Setelah mengetahui belahan dan lapisan otak dominan, kemudian diketahuilah jenis kecerdasan Anda, salah satu diantara 5 mesin kecerdasan dan salah satu diantara 9 personaliti genetik. 






Mengapa TesSTIFIn bisa disebut Aplikatif?

APLIKATIF
Konsep STIFIn bercirikan multy-angle field yang kurang lebih artinya, STIFIn dapat dipakai untuk menjelaskan bidang apa saja. STIFIn dapat diaplikasikan pada bidang learning, profession, parenting, couple, politic, human resources, dan bidang-bidang lainnya. Kenapa pasangan suami istri tidak harmonis? Kenapa Pak JK kalah dalam pemilu presiden? Kita dapat memakai STIFin sebagai pisau untuk membedah dua pertanyaan itu.


STIFIn dengan mudah dapat diaplikasikan untuk anak berkebutuhan khusus serta terapi masalah-masalah kejiwaan dan kesehatan fisik. Jangan terkejut jika kami mengatakan bahwa dunia kedokteran bisa menggunakan konsep STIFIn untuk mendiagnosis penyakit secara akurat. Namun, aplikasi yang paling jitu adalah ketika konsep STIFIn digunakan untuk praktik penggemblengan diri dengan prinsip fokus-satu-hebat.


Pernyataan-pernyataan di atas bisa dibaca juga di Facebook nya STIFIn.
Perkenalan dengan STIFIn nya semoga cukup ya. Sekarang mau melanjutkan cerita tentang tes sidik jari ini.

Terheran-heran dengan kedigdayaan STIFIn ini dimulai saat Uci masih menjelaskan hasil tes sidik jari Sulthan & Mia yang ternyata sama, yaitu Thingking introvert (Ti). Saat ini aku sambil menyuapi Sulthan & Mia makan siang. Kalau Mia tidak sulit makannya, sedangkan Sulthan ampun deh, harus membujuknya luar biasa, mengeluarkan banyak kosa kata tentang pentingnya makan, sehatnya makan, biar pinter, biar kumannya kalah dan lain-lain, tapi ga mempan, malah menutup rapat mulutnya.
Saat itu Uci langsung mempraktekkan, diambil alih piring berisi makan siang Sulthan, lalu Uci menjelaskan kalau anak Ti itu melakukan sesuatu harus ada targetnya. Uci bertanya ke Sulthan, "Sulthan besok besar mau jadi apa? Atau Sulthan pengen seperti apa?" Sulthan langsung jawab, "Aku pengen tinggi (badannya)." Uci pun meneruskan, "Kalau mau tinggi makannya ya 5 sendok." Eh Sulthan langsung bilang, "Ga mau lima sendok, tapi sepuluh sendok", sambil membuka mulut dan dimakanlah itu nasi sayur dengan mudah. OMG! Ini Sulthan baru pertama kali bertemu dengan Tante Uci nya, tapi langsung nurut berhasil.

Sejak itu jadi mudah mengajak Sulthan makan, mandi dan lain-lain. Segalanya pakai mengingatkan targetnya, hehe. Tapi tetap tidak untuk membohongi Sulthan Mia. Tapi dimaksudkan agar hidupnya terarah & benar. Tidak hanya baik, tapi benar menurut ajaran Rasulullah. Aamiin.

Nah kalau sudah tes sidik jari untuk anak-anak, keuntungannya bisa tahu pola pikirnya, fisiknya, kemampuannya, kehebatannya dan kelemahannya. Jadi tidak perlu buang buang banyak uang untuk mencari bakatnya misal dileskan musik, bahasa, berhitung, menari, dll. Tapi langsung bisa mengetahui anak dapat fokus di bidang apa saja. Kuliahpun tidak akan salah jurusan. Dan bisa berkarir & berprestasi di bidangnya. Intinya tidak hidup sia-sia, tapi optimal ^_^

Oiya waktu itu ada pertanyaan dari adek ke Uci, kalau misalnya punya anak, tapi MK nya bukan T, dan orang tuanya ingin anaknya menjadi profesor matematika (misalnya), lalu sejak kecil dididik & disekolahkan - kuliah sampai ke luar negeri tentang matematika. Tetap bisa jadi profesor dan berhasil kan?
Ternyata jawaban Uci, bisa, tapi harus mengeluarkan energi dan kemampuan 200% tapi hasilnya hanya sekitar 60%. Sedangkan orang T hanya perlu kemampuan/energi 60% tapi hasilnya 100%. Jadi keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan dari usaha tapi dari genetis kemampuan otaknya.

Karena aku makin penasaran, aku pun minta di tes sidik jari oleh Uci. Ya, tes sidik jari ini bisa untuk orang dewasa. Selain itu aku mencoba membaca dua buku STIFIn untuk bekal utama mengasuh Sulthan & Mia.

Sementara sekian dulu ceritanya, lain waktu lanjut cerita tentang STIFIn yang super seru ini.

Sekarang waktunya menginformasikan ini : untuk teman-teman yang berada di Purwokerto, Banyumas, Cilacap dan sekitarnya yang tertarik untuk tes sidik jari, boleh hubungi sahabat saya tercinta, Uci (STIFIn) di no hp/whatsapp 08996846594.
Untuk yang di daerah lain, boleh hubungi saya, nanti saya infokan kontak STIFIn di kota Anda :)

Update, cerita bagian kedua, silahkan klik ini ya.











Salam sidik jari,
Mia Sweet.

Komentar

Postingan Populer